Senin, 18 Juni 2012

Ludwig Wittgenstein


Ludwig Wittgenstein : “Tell them I’ve had a wonderful life




Ludwig Wittgenstein dikenal sebagai filsuf ternama abad ke-20. Selain berpengaruh pada Positivisme Logis yang pada saat itu tengah berkembang di Wina (Circle Vienna/Madzhab Wina/Lingkaran Wina), ia juga berpengaruh pada perkembangan Filsafat Bahasa Biasa di Oxford. Berbekal keahliannya dalam bidang matematika, pikiran, bahasa, dan logika, Ludwig sangat diagungkan dan dianggap sebagai tokoh pembesar dalam Filsafat Analitik. Dua karyanya yang sangat fenomenal adalah Tractatus Logico Philosopichus dan Philosophical Investigations. Tokoh dengan nama lengkap Ludwig Joseph Johann Wittgenstein ini lahir di Wina pada 26 april 1889 pukul 8.30 malam. Ludwig adalah bungsu dari delapan bersaudara : Hermine (1874-1950), Hans (1877-1902), Kurt (1878-1918), Helene (1879-1956), Rudi (1881-1904), Margarethe (1882-1958) dan Paul (1887-1961) dengan ayah bernama Karl Wittgenstein dan ibu, Leopoldine Wittgenstein.

Profil orang tua :
Karl Wittgenstein adalah anak keenam dari sebelas bersaudara dari keluarga Yahudi keturunan kekaisaran Austria-Hungaria. Tujuh anak pertama lahir di Gohlis sebelum akhirnya pada tahun 1850, orang tua mereka, Hermann Christian Wittgenstein dan Fanny Figdor pindah ke Austria dan mulai merintis bisnis properti. Dari kesebelas saudaranya, sifat keras sangat menonjol pada diri Karl, tercatat ia mengisi masa kecilnya dengan melarikan diri dari rumah. Pada umur 18 tahun ia melarikan diri ke Amerika setelah setahun sebelumnya, esainya tentang konsep kejiwaan membuatnya dikeluarkan dari sekolah tinggi Abeundi Consilium.
Berbekal sebuah biola, Karl bertahan hidup dengan menjadi pelayan sebuah bar sebelum akhirnya ia mengajar Biola, Matematika, Bahasa Jerman, Latin dan Yunani. Dua tahun setelahnya, ia pulang ke Wina dan bertekad untuk menuruti kemauan orang tuanya. Kali ini Karl sangat serius dalam mengembangkan potensinya dengan memetamorfosiskan apa yang seharusnya ia lakukan menjadi hal yang ingin ia lakukan dan memulai langkahnya dengan menyelesaikan studi di universitas teknik. Juru gambar teknis dan insinyur bangunan adalah karir pertamanya. Karl adalah sosok yang tegas, pekerja keras, mempunyai semangat juang tinggi dan inkonvensional dalam mengambil keputusan dengan risiko besar, sehingga ia menjadi pemegang saham tunggal di perusahaan batubara Bohemia dan perusahaan baja terbesar di Austria, mampu berduet dengan perusahaan industri besi Praha dan mendirikan kartel kereta api pertama di Austria-Hungaria beberapa tahun setelah menikah dengan Leopoldine Kalmus. Karl adalah salah satu orang terkaya di dunia.
Leopoldine kalmus sendiri adalah Pianis berbakat, putri dari pengusaha sukses di Wina,  Jacob Kalmus dan Marie Stallner. Ia lahir pada 04 maret 1850 di Wina dan menikah dengan Karl Wittgenstein pada Tahun 1873. Musik mempertemukan Karl dan Poldin lewat konser-konser besar termasuk di rumah Karl yang menjadi salah satu tempat favorit konser rutin para musisi besar seperti  Joseph Joachim (anak adopsi orang tua Karl), Johannes Brahms, Clara Schumann, Josef Labor, Gustav Mahler dan Bruno Walter. Inilah salah satu bakat yang kelak mereka turunkan kepada Ludwig Wittgenstein.

Perjalanan hidup Ludwig Wittgenstein
Ludwig dan saudara-saudaranya dibesarkan di tengah keluarga yang sangat artistik dan intelektual. Ia dan saudara-saudaranya tumbuh dengan bakat yang luar biasa. Hans, mulai menulis pada usia empat tahun. Paul adalah pianis professional dan tersohor di Wina. Bahkan setelah kehilangan lengan kanannya pada Perang Dunia I ia masih memainkan pianonya. Karirnya semakin menjulang pada tahun 1932 terutama di Amerika Serikat dan diabadikan oleh Maurice Revel dalam tulisannya yang berjudul Concerto Pour La Main Gauche. Ludwig sendiri pandai bermain klarinet dan bersiul dengan komposisi yang panjang dan rinci. Bakat ini yang akhirnya sangat berpengaruh terhadap karyanya, padat, penuh makna sistematis, jernih dan koheren. Namun keluarga ini mempunyai catatan buruk dalam hal depresi dan bunuh diri, akibat keteraturan yang berkepanjangan dan tekanan dari orang tua untuk mengikuti jejak mereka dan meneruskan bisnis keluarga. Hans, bunuh diri pada April 1902 di Havana, Kuba. Dua tahun berikutnya, Rudi bunuh diri di Berlin pada bulan Mei 1904. Serta Kurt yang menembak dirinya setelah Perang Dunia I, Oktober 1918.

Catatan singkat perjalanan karir dan kehidupan ludwid Wittgenstein :
Sejak kecil-1903.         Ludwig diajar oleh guru privat, sesuai peraturan Karl kepada seluruh
anaknya.

1903-1906                   Melanjutkan ke  Staatsoberrealschule di Linz, sebuah sekolah yang
menekankan topik teknis. Setelah peristiwa bunuh diri yang dilakukan Rudi, orang
tuanya mengijinkan Ludwig untuk tinggal jauh dari sekolahnya.

1906                            Belajar teknik mesin di Technische Hochschule di kota Charlottenburg,
Berlin. Sebelumnya ia bermaksud melanjutkan studi dengan belajar fisika
pada Ludwig Eduard Blotzmann setelah membaca koleksi tulisannya
yang diterbitkan pada tahun 1905, termasuk esai tentang pahlawan inspiratif yang memecahkan permasalahan penerbangan  yang berjudul On Aeronautics. Blotzmann gantung diri pada tanggal 5 September 1906 beberapa waktu sebelum Ludwig tiba di rumahnya karena salah satu penemuannya dalam bidang fisika tidak diterima oleh para ilmuwan eropa.

1908.                           Terpilih sebagai mahasiswa riset dengan proyek-proyek auronautika dan
melakukan penelitian tentang perilaku layang-layang di atas atmosfir di Victoria university of Manchester. Penemuannya dipatenkan pada tanggal 22 November 1910 (Ludwig Wittgenstein: “Improvements in Propellers applicable for Aerial Machines.” Patent No. 27.087, - AD 1910 GB). Ketertarikan Ludwig pada dasar-dasar matematika setelah membaca Principia Mathematica karangan Betrand Russell dan Alfred North dan Grundgesetze der Arithmetik vol.1 (1893) da jilid 2 (1903) karangan Gottlob Frege menariknya ke dunia filsafat.

1911                            Mengunjungi Frege ketika musim panas. Frege menyarankannya agar
belajar langsung kepada Russell di Cambridge. Pada bulan Oktober Ludwig tiba di Trinity College Cambridge dan langsung melibatkan diri dalam diskusi panjang tentang filsafat dengan Russell. Ludwig secara resmi pindah ke Trinity pada tanggal 1 Februari 1912.
Aktifitasnya di Cambridge mengenalkannya pada G.E moore dan bersama-sama mendalami dasar-dasar logika dan logika matematika. Russell sendiri sangat mengagumi perkembangan pesat Ludwig dalam berfilsafat, tercermin dalam perkataannya : “Getting to know Wittgenstein was one of the most exciting intellectual adventures of my life”. Baik Frege, Russell, dan Moore, ketiganya adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh pada pemikiran Ludwig. Di sini Ludwig memperoleh kebebasan berpetualang dalam alam pemikiran. Namun akhirnya ia merasa tidak pernah mendapatkan jawaban yang valid dan fundamental atas permasalahan-permasalahannya dalam ranah pemikirannya.

1913                            Ludwig membagi-bagikan harta warisannya setelah ayahnya
Meninggal pada tanggal 20 Januari.
Pada bulan Oktober Ia mengasingkan diri ke Norwegia dan membangun rumah kayu di pegunungan dekat Skjolden. Diantara penerimanya adalah seniman Austria Rainer Maria Rilke dan penulis besar Georg Trakl. Trakl yang sejak semasa SMA-nya sudah akrab dengan drug dan sering pergi ke tempat-tempat pelacuran, meninggal di rumah sakit (1914) karena over dosis kokain beberapa saat sebelum Ludwig tiba untuk menjenguknya.

Perang Dunia I           1914    Bergabung dengan tentara Austria-hungaria pada awal
Perang Dunia I dan tinggal di pengasingan.
1916    Dikirim ke Rusia sebagai anggota resimen howitzer
1918    (1 Februari) Dipromosikan menjadi perwira
            (30 Juli) Dianugerahi medali Band of the Military Service atas
keberaniannya selama berperang.
(3 November) Menjadi tawanan perang tentara Italia di dekat Trento dan dibebaskan pada bulan agustus. Kecamuk intelektual dan emosional, serta komposisi yang melelahkan dari Tractatus ternyata membuat Ludwig berubah secara drastis. Setelah merasa bahwa segala permasalahan filsafat dapat dijawab oleh Tractatusnya, ia berniat untuk benar-benar absen dari dunia filsafat Seluruh harta kekayaannya yang masih tersisa ia berikan kepada saudara- saudaranya, Helene, Hermine, Paulus, dan meminta agar mereka berjanji untuk tidak akan mengembalikannya.
                       
16 september 1919      Mengikuti pelatihan guru di Kundmanngasse Teacher Training Institute di
Wina distrik 3 sebagai guru sekolah dasar dan selesai pada bulan Juli 1920. Bulan Agustus berikutnya ia bekerja sebagai tukang kebun di Biara Klosterneuburg dekat Wina. selanjutnya ia menjadi guru pertama sebuah sekolah dasar di Traattenback, sebuah desa di Semmering di Austria. Kemudian Ludwig pindah ke Puchberg, sebuah desa kecil di Scheneeberg.

28 April 1926               Menjadi tukang kebun di Biara Brothers of Mercy di Hutteldorf.
Ludwig mengundurkan diri dari jabatannya sebagai guru pasca suatu insiden, Ia memukul kepala salah satu muridnya. Banyak wali murid yang tidak terima dan ia hampir ditangkap. Atas bantuan dari pihak sekolah ia terbebas dari tuntutan namun ia mengundurkan diri karena merasa telah gagal menjadi seorang Guru. Berdasarkan metode yang ia peroleh dari pelatihan guru di Kundmanngasse ia ingin menumbuhkembangkan stimulus rasa keingintahuan anak secara alami dan  membentuk generasi-generasi independen dengan pemikiran yang fundamental. Ludwig mengajar dengan sangat intens, ia tidak sering kehilangan kesabaran ketika menghadapi anak yang kurang berbakat terutama di bidang matematika dan tidak bisa mengikuti rule-nya. Orang-orang desa sekitar menganggapnya gila.

Pada tanggal 3 juni 1926 ibu Ludwig meninggal. Dua hal yang membuatnya bangkit dari keterpurukan dan putus asa yaitu undangan dari kakaknya, Margaret, untuk bekerja pada desain dan konstruksi rumah barunya bersama Paul Engelmann dan pertemuannya dengan Moritz Schlock sebagai titik awal Ludwig kembali ke dunia filsafat dan membawanya pulang ke Cambridge sehingga Investigations terselesaikan.



Tractatus Logico Philosopichus dan Philosophical Investigations
Tractatus Logico Philosopichus adalah ulasan filosofis yang membahas masalah-masalah sentral filsafat yang berhubungan dengan dunia, pikiran, dan bahasa, kemudian menyajikan solusi yang didasarkan pada logika. Ludwig berpendapat bahwa sebenarnya permasalahan filsafat terletak pada bahasa yang digunakan, sehingga bahasa perlu dilogiskan dan dimutlakkan. Naskah ini ditulis ketika Ludwig menjadi tawanan Perang Dunia I di Trento. Pertama kali diterbitkan di Jerman dengan judul Logisch Philosophisce Abhandlung pada tahun 1921. Kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Frank P. Ramsey dan  CK Ogden dengan keterlibatan Ludwig dan diterbitkan dengan nama yang diusulkan oleh Moore, Tractatus Logico Philosopichus pada tahun 1922. Russell berandil memberikan pengantar yang akhirnya membuat Ludwig kecewa karena ia menganggap pengantar tersebut sangat mengacaukan isi naskanya. Ada dua pernyataan yang mewakili seluruh isi naskah yang kurang lebih terdiri dari 75 halaman ini, pertama : dunia itu tidak terbagi atas benda-benda melainkan terdiri atas fakta-fakta, dan akhirnya terbagi menjadi sustu kumpulan fakta-fakta atomis yang tertentu secara unik (khas), kedua : setiap proposisi itu pada akhirnya melarut diri melalui analisis, menjadi suatu fungsi kebenaran tertentu secara unik (khas) dari sebuah proposisi elementer, yaitu setiap proposisi hanya mempunyai satu analisis akhir. Secara kasar, Tractatus adalah produk pemikiran Ludwig yang dipengaruhi oleh para tokoh filsafat analitika beraliran positivisme logis dan atomisme logis seperti Betrand Russell dan George Edward Moore yang ingin menghapuskan filsafat dari metafisika. 
Berbeda dengan Tractatus  yang berdasar pada semantik dan formulasi logika, di dalam  Philosophical Investigations Ludwig membenarkan sisi metafisik bahasa. Bahasa tidak cukup hanya dianalisis sebagai bahasa filsafat tetapi juga bahasa yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga ada hal yang sangat berperan di sana, yaitu konteks. Ia juga mengakui kesalahannya dalam  naskah yang memberinya gelar doktor itu dengan menyatakannya dalam pengantar naskah Investigation. Karya Ludwig yang kedua ini berperan penting pada perkembangan filsafat bahasa biasa yang digalangi oleh Moritz Schlick dan Para Teolog yang mengusung tradisi idealisme-nya.


Setelah sukses meraih gelar pofesor, mulai tahun 1947, Ludwig kembali anteng di Cambridge menjadi pengajar tetap dan berkonsentrasi menyelesaikan tulisannya. Ludwig melajang seumur hidupnya. Tahun 1949, ia divonis menderita kanker prostat. Sampai dua hari sebelum kematiannya, ia masih menulis, meneruskan naskah-naskahnya. On Certainty adalah naskah terakhir yang rampung tergarap, berisi kumpulan inspirasi-inspirasi dari beberapa percakapannya dengan semua orang yang pernah ia kenal selama hidupnya sejauh yang ia ingat.  Semasa hidupnya Ludwig dikelilingi oleh orang-orang yang ia sayangi mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ludwig adalah diri dengan semangat belajar yang luar biasa walaupun keinginan untuk bunuh diri selalu menghantuinya.  Di setiap nafasnya, Ludwig berusaha untuk mencari alasan agar hidupnya layak dipertahankan. Meski terkesan plin-plan pada karyanya yang pertama dan kedua, tetapi sebenarnya Ludwig adalah sosok yang selalu konsisten, nyaris tidak pernah berkata bohong selama hidupnya, dan sangat  terbuka dengan pendapat orang lain. Terakhir ia pindah ke rumah Dr. Bevan pada tanggal 27 November 1950.  Pada malam hari tanggal  28 April 1951 Ia tidak sadarkan diri dan meninggal keesokan paginya.  Kata terakhir yang ia ucapkan kepada istri doktornya : “Tell them i’ve had a wonderful life



Apa yang  saya dapat dari kisah hidup Ludwig Wittgenstein :

Hidup ini tiada artinya, hampa dan berujung ketiadaan yang sia-sia. Hal ini pasti pernah dirasakan oleh setiap manusia suatu waktu dalam hidupnya. Tidak terkecuali Ludwig Wittgenstein dan diri saya sendiri. Ludwig menunjukkan kepada saya, sehambar-hambarnya hidup, ia perlu dipertahankan dan diperjuangkan, karena kita juga tak bisa pastikan kapan nirarti akan lelah membuana, dan agar yang tidak berarti ini tidak jauh lebih sia-sia. Beberapa tahun terakhir  ini saya mulai tenggelam dalam kata ‘pencarian hidup’. Apapun yang saya lakukan, yang  saya temui, yang saya dapatkan, dan bahkan yang  saya pikirkan pun seolah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan. Sampai akhirnya, di semester ini saya mengambil mata kuliah Filsafat Bahasa dan mempertemukan saya dengan kisah hidup Ludwig yang ternyata lebih terjal dari hidup yang sampai saat ini saya jalani. Rasa syukur dan rasa ‘I have a wonderful life’ sungguh membuat tenang hati dan pikiran. Dan mengenai bunuh diri, semoga tidak akan pernah lagi hadir dibenak saya selamanya.


Referensi :
  1. http://Www.Wittgen-Cam.Ac.Uk/Biogre1
  2. http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Ludwig_Wittgenstein
  3. http://www.philosophypages.com/ph/witt.htm
  4. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/646252/Ludwig-Wittgenstein
  5. http://www.trincoll.edu/depts/phil/philo/phils/wittgenstein.html
  6. http://www.answers.com/topic/ludwig-wittgenstein
  7. http://en.wikiquote.org/wiki/Ludwig_Wittgenstein
  8. http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Ludwig_Wittgenstein
  9. http://plato.stanford.edu/entries/wittgenstein/
  10. http://www.iep.utm.edu/wittgens/
  11. http://www.robertnowlan.com/pdfs/Wittgenstein,%20Ludwig.pdf
  12. http://www.booksfactory.com/writers/wittgenstein.htm
  13. Kaelan, M.S. 2004. Filsafat Analitis menurut Ludwig Wittgenstein. Yogyakarta : Paradigma.
  14. Catatan perkuliahan filsafat bahasa.