Ludwig Wittgenstein
: “Tell them I’ve had a wonderful life”
Ludwig Wittgenstein
dikenal sebagai filsuf ternama abad ke-20. Selain berpengaruh pada Positivisme
Logis yang pada saat itu tengah berkembang di Wina (Circle Vienna/Madzhab
Wina/Lingkaran Wina), ia juga berpengaruh pada perkembangan Filsafat Bahasa
Biasa di Oxford. Berbekal keahliannya dalam bidang matematika, pikiran, bahasa,
dan logika, Ludwig sangat diagungkan dan dianggap sebagai tokoh pembesar dalam
Filsafat Analitik. Dua karyanya yang sangat fenomenal adalah Tractatus
Logico Philosopichus dan Philosophical Investigations. Tokoh dengan
nama lengkap Ludwig Joseph Johann Wittgenstein ini lahir di Wina pada 26
april 1889 pukul 8.30 malam. Ludwig adalah bungsu dari delapan bersaudara : Hermine
(1874-1950), Hans (1877-1902), Kurt (1878-1918), Helene
(1879-1956), Rudi (1881-1904), Margarethe (1882-1958) dan Paul
(1887-1961) dengan ayah bernama Karl Wittgenstein dan ibu, Leopoldine
Wittgenstein.
Profil orang tua :
Karl Wittgenstein
adalah anak keenam dari sebelas bersaudara dari keluarga Yahudi keturunan
kekaisaran Austria-Hungaria. Tujuh anak pertama lahir di Gohlis sebelum
akhirnya pada tahun 1850, orang tua mereka, Hermann Christian Wittgenstein
dan Fanny Figdor pindah ke Austria dan mulai merintis bisnis properti. Dari
kesebelas saudaranya, sifat keras sangat menonjol pada diri Karl, tercatat ia
mengisi masa kecilnya dengan melarikan diri dari rumah. Pada umur 18 tahun
ia melarikan diri ke Amerika setelah setahun sebelumnya, esainya tentang konsep
kejiwaan membuatnya dikeluarkan dari sekolah tinggi Abeundi Consilium.
Berbekal sebuah biola,
Karl bertahan hidup dengan menjadi pelayan sebuah bar sebelum akhirnya ia
mengajar Biola, Matematika, Bahasa Jerman, Latin dan Yunani. Dua tahun
setelahnya, ia pulang ke Wina dan bertekad untuk menuruti kemauan orang tuanya.
Kali ini Karl sangat serius dalam mengembangkan potensinya dengan
memetamorfosiskan apa yang seharusnya ia lakukan menjadi hal yang ingin ia
lakukan dan memulai langkahnya dengan menyelesaikan studi di universitas
teknik. Juru gambar teknis dan insinyur bangunan adalah karir pertamanya. Karl
adalah sosok yang tegas, pekerja keras, mempunyai semangat juang tinggi dan
inkonvensional dalam mengambil keputusan dengan risiko besar, sehingga ia menjadi
pemegang saham tunggal di perusahaan batubara Bohemia dan perusahaan baja
terbesar di Austria, mampu berduet dengan perusahaan industri besi Praha dan
mendirikan kartel kereta api pertama di Austria-Hungaria beberapa tahun setelah
menikah dengan Leopoldine Kalmus. Karl adalah salah satu orang terkaya di
dunia.
Leopoldine kalmus
sendiri adalah Pianis berbakat, putri dari pengusaha sukses di Wina, Jacob Kalmus dan Marie Stallner.
Ia lahir pada 04 maret 1850 di Wina dan menikah dengan Karl Wittgenstein pada
Tahun 1873. Musik mempertemukan Karl dan Poldin lewat konser-konser besar
termasuk di rumah Karl yang menjadi salah satu tempat favorit konser rutin para
musisi besar seperti Joseph Joachim
(anak adopsi orang tua Karl), Johannes Brahms, Clara Schumann, Josef Labor,
Gustav Mahler dan Bruno Walter. Inilah salah satu bakat yang kelak
mereka turunkan kepada Ludwig Wittgenstein.
Perjalanan hidup Ludwig Wittgenstein
Ludwig dan
saudara-saudaranya dibesarkan di tengah keluarga yang sangat artistik dan intelektual.
Ia dan saudara-saudaranya tumbuh dengan bakat yang luar biasa. Hans, mulai
menulis pada usia empat tahun. Paul adalah pianis professional dan tersohor di
Wina. Bahkan setelah kehilangan lengan kanannya pada Perang Dunia I ia masih
memainkan pianonya. Karirnya semakin menjulang pada tahun 1932 terutama di
Amerika Serikat dan diabadikan oleh Maurice Revel dalam tulisannya yang
berjudul Concerto Pour La Main Gauche. Ludwig sendiri pandai bermain
klarinet dan bersiul dengan komposisi yang panjang dan rinci. Bakat ini yang
akhirnya sangat berpengaruh terhadap karyanya, padat, penuh makna sistematis,
jernih dan koheren. Namun keluarga ini mempunyai catatan buruk dalam hal
depresi dan bunuh diri, akibat keteraturan yang berkepanjangan dan tekanan dari
orang tua untuk mengikuti jejak mereka dan meneruskan bisnis keluarga. Hans,
bunuh diri pada April 1902 di Havana, Kuba. Dua tahun berikutnya, Rudi bunuh
diri di Berlin pada bulan Mei 1904. Serta Kurt yang menembak dirinya setelah
Perang Dunia I, Oktober 1918.
Catatan singkat perjalanan karir dan
kehidupan ludwid Wittgenstein :
Sejak kecil-1903. Ludwig diajar oleh guru privat, sesuai peraturan Karl kepada
seluruh
anaknya.
1903-1906 Melanjutkan ke
Staatsoberrealschule di Linz, sebuah sekolah yang
menekankan topik teknis. Setelah peristiwa bunuh
diri yang dilakukan
Rudi, orang
tuanya mengijinkan Ludwig untuk tinggal jauh dari sekolahnya.
1906 Belajar
teknik mesin di Technische Hochschule di kota Charlottenburg,
Berlin. Sebelumnya ia bermaksud melanjutkan studi
dengan belajar fisika
pada Ludwig Eduard Blotzmann setelah membaca
koleksi tulisannya
yang
diterbitkan pada tahun 1905, termasuk esai tentang pahlawan inspiratif yang
memecahkan permasalahan penerbangan yang
berjudul On Aeronautics. Blotzmann gantung diri pada tanggal 5 September
1906 beberapa waktu sebelum Ludwig tiba di rumahnya karena salah satu
penemuannya dalam bidang fisika tidak diterima oleh para ilmuwan eropa.
1908. Terpilih
sebagai mahasiswa riset dengan proyek-proyek auronautika dan
melakukan
penelitian tentang perilaku layang-layang di atas atmosfir di Victoria
university of Manchester. Penemuannya dipatenkan pada tanggal 22 November 1910
(Ludwig Wittgenstein: “Improvements in Propellers applicable for Aerial
Machines.” Patent No. 27.087, - AD 1910 GB). Ketertarikan Ludwig pada
dasar-dasar matematika setelah membaca Principia Mathematica karangan Betrand
Russell dan Alfred North dan Grundgesetze der Arithmetik vol.1
(1893) da jilid 2 (1903) karangan Gottlob Frege menariknya ke
dunia filsafat.
1911 Mengunjungi
Frege ketika musim panas. Frege menyarankannya agar
belajar
langsung kepada Russell di Cambridge. Pada bulan Oktober Ludwig tiba di Trinity
College Cambridge dan langsung melibatkan diri dalam diskusi panjang
tentang filsafat dengan Russell. Ludwig secara resmi pindah ke Trinity pada
tanggal 1 Februari 1912.
Aktifitasnya
di Cambridge mengenalkannya pada G.E moore dan bersama-sama mendalami
dasar-dasar logika dan logika matematika. Russell sendiri sangat mengagumi
perkembangan pesat Ludwig dalam berfilsafat, tercermin dalam perkataannya : “Getting
to know Wittgenstein was one of the most exciting intellectual adventures of my
life”. Baik Frege, Russell, dan Moore, ketiganya adalah tokoh-tokoh
yang berpengaruh pada pemikiran Ludwig. Di sini Ludwig memperoleh kebebasan
berpetualang dalam alam pemikiran. Namun akhirnya ia merasa tidak pernah
mendapatkan jawaban yang valid dan fundamental atas
permasalahan-permasalahannya dalam ranah pemikirannya.
1913 Ludwig
membagi-bagikan harta warisannya setelah ayahnya
Meninggal
pada tanggal 20 Januari.
Pada
bulan Oktober Ia mengasingkan diri ke Norwegia dan membangun rumah kayu di
pegunungan dekat Skjolden. Diantara penerimanya adalah seniman
Austria Rainer Maria Rilke dan penulis besar Georg Trakl. Trakl
yang sejak semasa SMA-nya sudah akrab dengan drug dan sering pergi ke
tempat-tempat pelacuran, meninggal di rumah sakit (1914) karena over dosis
kokain beberapa saat sebelum Ludwig tiba untuk menjenguknya.
Perang Dunia I 1914 Bergabung dengan tentara Austria-hungaria
pada awal
Perang Dunia I dan tinggal di pengasingan.
1916 Dikirim ke Rusia sebagai anggota resimen howitzer
1918 (1 Februari) Dipromosikan menjadi perwira
(30 Juli) Dianugerahi medali Band
of the Military Service atas
keberaniannya
selama berperang.
(3
November) Menjadi tawanan perang tentara Italia di dekat Trento dan dibebaskan
pada bulan agustus. Kecamuk intelektual dan emosional, serta komposisi yang
melelahkan dari Tractatus ternyata membuat Ludwig berubah secara drastis.
Setelah merasa bahwa segala permasalahan filsafat dapat dijawab oleh Tractatusnya,
ia berniat untuk benar-benar absen dari dunia filsafat Seluruh harta
kekayaannya yang masih tersisa ia berikan kepada saudara- saudaranya, Helene,
Hermine, Paulus, dan meminta agar mereka berjanji untuk tidak akan
mengembalikannya.
16 september 1919 Mengikuti pelatihan guru di Kundmanngasse
Teacher Training Institute di
Wina
distrik 3 sebagai guru sekolah dasar dan selesai pada bulan Juli 1920. Bulan
Agustus berikutnya ia bekerja sebagai tukang kebun di Biara Klosterneuburg
dekat Wina. selanjutnya ia menjadi guru pertama sebuah sekolah dasar di
Traattenback, sebuah desa di Semmering di Austria. Kemudian Ludwig pindah ke
Puchberg, sebuah desa kecil di Scheneeberg.
28 April 1926 Menjadi
tukang kebun di Biara Brothers of Mercy di Hutteldorf.
Ludwig
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai guru pasca suatu insiden, Ia memukul
kepala salah satu muridnya. Banyak wali murid yang tidak terima dan ia hampir
ditangkap. Atas bantuan dari pihak sekolah ia terbebas dari tuntutan namun ia
mengundurkan diri karena merasa telah gagal menjadi seorang Guru. Berdasarkan
metode yang ia peroleh dari pelatihan guru di Kundmanngasse ia ingin
menumbuhkembangkan stimulus rasa keingintahuan anak secara alami dan membentuk generasi-generasi independen dengan
pemikiran yang fundamental. Ludwig mengajar dengan sangat intens, ia
tidak sering kehilangan kesabaran ketika menghadapi anak yang kurang berbakat
terutama di bidang matematika dan tidak bisa mengikuti rule-nya. Orang-orang
desa sekitar menganggapnya gila.
Pada tanggal 3 juni 1926 ibu Ludwig
meninggal. Dua hal yang membuatnya bangkit dari keterpurukan dan putus asa
yaitu undangan dari kakaknya, Margaret, untuk bekerja pada desain dan konstruksi
rumah barunya bersama Paul Engelmann dan pertemuannya dengan Moritz
Schlock sebagai titik awal Ludwig kembali ke dunia filsafat dan membawanya
pulang ke Cambridge sehingga Investigations terselesaikan.
Tractatus
Logico Philosopichus dan Philosophical
Investigations
Tractatus Logico
Philosopichus adalah ulasan filosofis yang membahas
masalah-masalah sentral filsafat yang berhubungan dengan dunia, pikiran, dan
bahasa, kemudian menyajikan solusi yang didasarkan pada logika. Ludwig
berpendapat bahwa sebenarnya permasalahan filsafat terletak pada bahasa yang
digunakan, sehingga bahasa perlu dilogiskan dan dimutlakkan. Naskah ini ditulis
ketika Ludwig menjadi tawanan Perang Dunia I di Trento. Pertama kali
diterbitkan di Jerman dengan judul Logisch Philosophisce
Abhandlung pada tahun 1921. Kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris oleh Frank P. Ramsey dan CK
Ogden dengan keterlibatan Ludwig dan diterbitkan dengan nama yang diusulkan
oleh Moore, Tractatus Logico Philosopichus pada tahun 1922. Russell
berandil memberikan pengantar yang akhirnya membuat Ludwig kecewa karena ia
menganggap pengantar tersebut sangat mengacaukan isi naskanya. Ada dua
pernyataan yang mewakili seluruh isi naskah yang kurang lebih terdiri dari 75
halaman ini, pertama : dunia itu tidak terbagi atas benda-benda melainkan
terdiri atas fakta-fakta, dan akhirnya terbagi menjadi sustu kumpulan
fakta-fakta atomis yang tertentu secara unik (khas), kedua : setiap proposisi
itu pada akhirnya melarut diri melalui analisis, menjadi suatu fungsi kebenaran
tertentu secara unik (khas) dari sebuah proposisi elementer, yaitu setiap
proposisi hanya mempunyai satu analisis akhir. Secara kasar, Tractatus
adalah produk pemikiran Ludwig yang dipengaruhi oleh para tokoh filsafat
analitika beraliran positivisme logis dan atomisme logis seperti Betrand
Russell dan George Edward Moore yang ingin menghapuskan filsafat dari
metafisika.
Berbeda dengan Tractatus
yang berdasar pada semantik dan
formulasi logika, di dalam Philosophical
Investigations Ludwig membenarkan sisi metafisik bahasa. Bahasa tidak cukup
hanya dianalisis sebagai bahasa filsafat tetapi juga bahasa yang bisa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga ada hal yang sangat berperan di sana,
yaitu konteks. Ia juga mengakui kesalahannya dalam naskah yang memberinya gelar doktor itu
dengan menyatakannya dalam pengantar naskah Investigation. Karya Ludwig
yang kedua ini berperan penting pada perkembangan filsafat bahasa biasa yang
digalangi oleh Moritz Schlick dan Para Teolog yang mengusung tradisi
idealisme-nya.
Setelah sukses meraih gelar pofesor,
mulai tahun 1947, Ludwig kembali anteng di Cambridge menjadi pengajar
tetap dan berkonsentrasi menyelesaikan tulisannya. Ludwig melajang seumur
hidupnya. Tahun 1949, ia divonis menderita kanker prostat. Sampai dua hari
sebelum kematiannya, ia masih menulis, meneruskan naskah-naskahnya. On
Certainty adalah naskah terakhir yang rampung tergarap,
berisi kumpulan inspirasi-inspirasi dari beberapa percakapannya dengan semua
orang yang pernah ia kenal selama hidupnya sejauh yang ia ingat. Semasa hidupnya Ludwig dikelilingi oleh
orang-orang yang ia sayangi mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ludwig
adalah diri dengan semangat belajar yang luar biasa walaupun keinginan untuk
bunuh diri selalu menghantuinya. Di
setiap nafasnya, Ludwig berusaha untuk mencari alasan agar hidupnya layak
dipertahankan. Meski terkesan plin-plan pada karyanya yang pertama dan
kedua, tetapi sebenarnya Ludwig adalah sosok yang selalu konsisten, nyaris
tidak pernah berkata bohong selama hidupnya, dan sangat terbuka dengan pendapat orang lain. Terakhir
ia pindah ke rumah Dr. Bevan pada tanggal 27 November 1950. Pada malam hari tanggal 28 April 1951 Ia tidak sadarkan diri dan
meninggal keesokan paginya. Kata terakhir
yang ia ucapkan kepada istri doktornya : “Tell them i’ve had a wonderful
life”
Apa yang
saya dapat dari kisah hidup Ludwig Wittgenstein :
Hidup ini tiada artinya, hampa dan
berujung ketiadaan yang sia-sia. Hal ini pasti pernah dirasakan oleh setiap
manusia suatu waktu dalam hidupnya. Tidak terkecuali Ludwig Wittgenstein dan
diri saya sendiri. Ludwig menunjukkan kepada saya, sehambar-hambarnya hidup, ia
perlu dipertahankan dan diperjuangkan, karena kita juga tak bisa pastikan kapan
nirarti akan lelah membuana, dan agar yang tidak berarti ini tidak jauh lebih
sia-sia. Beberapa tahun terakhir ini
saya mulai tenggelam dalam kata ‘pencarian hidup’. Apapun yang saya lakukan,
yang saya temui, yang saya dapatkan, dan
bahkan yang saya pikirkan pun seolah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan. Sampai akhirnya, di
semester ini saya mengambil mata kuliah Filsafat Bahasa dan mempertemukan saya
dengan kisah hidup Ludwig yang ternyata lebih terjal dari hidup yang sampai
saat ini saya jalani. Rasa syukur dan rasa ‘I have a wonderful life’
sungguh membuat tenang hati dan pikiran. Dan mengenai bunuh diri, semoga tidak
akan pernah lagi hadir dibenak saya selamanya.
Referensi :
- http://Www.Wittgen-Cam.Ac.Uk/Biogre1
- http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Ludwig_Wittgenstein
- http://www.philosophypages.com/ph/witt.htm
- http://www.britannica.com/EBchecked/topic/646252/Ludwig-Wittgenstein
- http://www.trincoll.edu/depts/phil/philo/phils/wittgenstein.html
- http://www.answers.com/topic/ludwig-wittgenstein
- http://en.wikiquote.org/wiki/Ludwig_Wittgenstein
- http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Ludwig_Wittgenstein
- http://plato.stanford.edu/entries/wittgenstein/
- http://www.iep.utm.edu/wittgens/
- http://www.robertnowlan.com/pdfs/Wittgenstein,%20Ludwig.pdf
- http://www.booksfactory.com/writers/wittgenstein.htm
- Kaelan, M.S. 2004. Filsafat Analitis menurut Ludwig Wittgenstein. Yogyakarta : Paradigma.
- Catatan perkuliahan filsafat bahasa.